HomeEsai

Menghidupkan Kardinah, Sosok Pejuang Kemanusiaan yang Telah Mati

Menghidupkan Kardinah, Sosok Pejuang Kemanusiaan yang Telah Mati


Sayangnya saya bukanlah Nabi Ilyas yang bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Seandainya saya memiliki mukjizat semacam itu, saya ingin menghidupkan kembali tokoh-tokoh hebat dari masa lalu. Agar rakyat negeri ini, tidak dibutakan oleh sejarah dan masa kemajuannya.

Jika mencari keteladanan kepada orang yang masih hidup juga sangatlah susuah,  berati kita perlu pulang kerumah sejarah dan mencari keteladanan kepada mereka yang telah mendahului kita. Itulah yang di lakukan oleh seorang pemimpin Agama sekaligus pemimpin negara yang agung, Nabi Muhammad Saw.

Rasullulah Saw, selalu mempelajari para kakek dan Nabi sebelumnya, mekipun seluruh dunia tentu mengakui kehebatan dan kecerdasannya, beliau tidak semata mengandalkan pikiran dan pribadinya. Beliau tidak segan melihat ke belakang, mengambil tauladan dari tokoh terdahulu sebelumnya.

Begitupula kita, tentunya tidak perlu mengerahkan ilmu apapun untuk menghidupakan seorang yang telah Wafat/Mati, karena itu bukan perkara mudah,  bisa jadi hanya sekadar mimpi belaka. Tetapi perjuangan membentuk wadah diskursus pada ruang-runang diskusi ilmiah, menggagas tokoh yang revolusioner oleh kita.  Misalnya, tentang Kartini, Kardinah atau bung karno, sebagai tokoh revolusi di tanah air ini.

Maka, kiranya perlu kita lakukan secara terus menerus sebagai upaya untuk membangkitkan ruh para pejuang dahulu, suapaya kita sebagai generasi bangsa bisa belajar dan meneladaninya.

Namun, jika mencari keteladanan kepada orang yang masih hidup sangatlah susuah,  berati kita perlu pulang kerumah sejarah dan mencari keteladanan kepada yang sudah wafat. Seperti dalam buku “Muhammad SAW: The Super Leader and Super Manager” tentang krisis terbesar dunia saat ini,  yaitu krisis keteladanan. Bahkan lebih memprihatinkan ketimbang krisis-krisis lainnya, seperti krisis ekonomi, pangan, energi, transportasi, kesehatan, pendidikan, sistem peradilan dan sebagainya. (M. Syafi’i Antonio, 2007).

Dari gambar diatas,  maka dibutuhkan lahirnya pribadi-pribadi teladan yang akan menjadi suri tauladan agar bisa ditiru atau ikuti. Lantas pertanyaanya adakah suri tauladan bagi masyarakat Indonesia saat ini?

Tetap ada, misalnya, Kardinah, adik dari tokoh emansipasi wanita, R. A Kartini, yang berjuang pada saat kekuasaan dan kepemimpinan baru memproklamasikan kemerdekaan RI mendapat masalah yang kompelek. Ketika elit-elit politik mulai berpetualang menelusuri berbagai tempat. Tepatnya pada November 1945 suatu peristiwa yang dikenal dengan "Perang Tiga Darah" di Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Karesidenan Pekalongan, Jawa Tengah.

Peristiwa dalam sejarah revolusi Indonesia ketika itu mengakibatkan semua elemen elit birokrasi,  pangreh praja (residen, bupati, wedana, dan camat), dan sebagian besar kepala desa "didaulat" dan diganti aparat pemerintahan baru, yang terdiri atas aliran-aliran Islam, Sosialis, dan Komunis. Sebagai pemimpin atau menurut istilah sebagai algojo adalah Sakyani alias Kulit. (Tegal Berjuang, Achmad, 1986: 13).

Isu-isu pada saat itu bertebaran.  Hasutan demi hasutan terus dilakukan sampai rakyat menaruh dendam kepada aparat kepolisian bekas peninggalan pemerintahan jepang.  Aparat-aparat bekas pemerintahan jepang yang ikut mendampingi Komite Nasional Indonesia di rasa belum cukup mamapu oleh kelompok elit politik sehingga muncullah stigma kebencian di masyarakat.

Masalah tidak bisa terhindarkan, masyarakat Tegal protes serta melakukan tindakan kekerasan kepada Residen Pekalongan Mr Besar, Wali Kota Tegal R Soengeb Reksoatmodjo, Bupati Brebes Sarimin Reksodihardjo, Bupati Tegal RS Soenaryo, Bupati Pemalang R Rahardjo. Mereka dianggap sebagai antek-antek NICA (Netherlands Indies Civil Administration) Pemerintahan Sipil Hindia Belanda yang dipersiapkan untuk memerintah kembali setelah Jepang kalah. (kompas.com. 17/11/2009).

Aksi Kutil, menculik dan membunuh Bupati Tegal tidak tercapai. Penyelamatan Soenaryo  berdampak pada Kardinah Petikaisan yang berada di lingkunagan kabupaten Tegal. Kardinah menjadi target kemarahan masyartat,  dipermalaukan dan diarak keliling kota dengan pakaian goni dan diancam untuk dibunuh. Ini menjadi peristiwa gelap bagi Kardinah. Sejak peristiwa itu, orang Tegal tidak tahu di mana Kardinah berada. Salah satu tokoh emansipasi wanita dari "Tiga Serangkai", pejuang kemanusiaan, adik RA Kartini ini "hilang".

Sosok Kemanusiaan dan Sosial

Menghidupkan Kardinah, Sosok Pejuang Kemanusiaan yang MatiN amanya nyaris tidak terdengar bagi warga Tagal.  Perjuangan Kardinah samapai saat ini masih tertutupi kebesaran nama kakanya R. A Krtini.  Kardinah Lahir di Jepara pada 1 Maret 1881, kardinah anak ke-7 Bupati Jepara RM Sosroningrat. Dia anak pertama dari selir (garwa ampil) bupati bernama M.A. Ngasirah.

Setelah menikah dengan Patih Soejitno, anak Bupati Tegal Ario Reksonegoro, pada 24 Januari 1902, Kardinah mulai mewujudkan cita-cita “Tiga Saudara” julukan yang Nyonya Ovink-Soer, istri asisten residen Jepara yang diberikan kepada Kartini, Rukmini, dan Kardinah.

Kardina sadar jiwa sosialnya yang mengantarkan dirinya untuk berbuat sesuatu kepada masyarakat. Ahmad Fatkhudin dalam skripsinya di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro mengatakan bahwa konsep pendidikan yang di rencanakan Tiga Rrikandi,  RA Kartini,  RA Soekemi dan R. A Kardinah ialah "ibu menjadi pusat kehidupan rumah tangga.  Tak ada yang lebih baik daripada pendidikan seorang ibu yang telah tercerdaskan".

Kardinah sempaat mengalami kecemasan terhadap pemerintah Belanda yang mebatasi pribumi untuk menempu akses jalur pendidikan,  hanya anak bangsawan saja yang bisa menempuh pendidikan dengan baik.  “Berapa banyak bangsa kami, saya bertanya pada diri sendiri, yang mampu untuk belajar di sekolah-sekolah seperti itu?” tulis Kardinah dalam suratnya kepada Nyonya Abendanon tanggal 15 Juli 1911. Lebih lanjut, “Apakah itu adil? Atau apakah yang seharusnya menjadi contoh bisa membantu masyarakat pribumi untuk maju?” (Baca: halaman rantau tentang wawasan dan pengetahuan).

Reapon positif di terima oleh kardinah,  tidak sedikit Priyayi, termasuk bupati Pemalang yang menanggapi konsep pendidikan yang di bentuknya.  Perjuangan mewujudkan sekolah sendiri tidak mudah, Kardinah rela mengumpulkan dana sendiri melalui hasil karya menulisnya.  Bantuan-bantuan, Kardinah terima dari berbagai sumber sperti istri Asisten Residen Tegal HM de Stuers, istri Kontrolir Tegal E. van den Bos, dan istri Patih Tegal Raden Ayu Soemodirdjo.

Tidak hanya karya tulis dan pendidikan yang didirikan, Kardinah sangat peka atas kondisi kesehatan msayarakat yang semakin tahun buruk,  terutama saat murid-muridnya akan melahirkan, tanpa dilengkapi fasilitas yang mamadai. Dia sadar atas pentingnya kesehatan dan perlunya pelayanan fasilitas rumah sakit yang ideal, akhirnya sejak kesadaran itu tumbuh pada 1927 Kardinah mendirikan Kardinah Ziekenhuis, atau yang sekarang bernama Rumah Sakit Kardinah untuk menunjang kebutuhan kesehatan bagai msayarakat. Sampai pada akhirnya pemerintah pusat dan daerah ikut mensubsidi dana.

Kesimpulannya, semua tindakan itu merupakan wujud pengabdian tiga bersaudara untuk mewujudkan cita-cita kemakmuran warga Tegal.

Jika ditarik maka, realiatas yang dilakaualan oleh Kardinah atas dorongan nilai sosial merupakan bukti otentik yang di berikan untuk warga Tegal sebagai wujud kemanusiaan dan pengabdian nyata dari tiga saudara yang sudah lama di cita-citakan untuk kemakmuran warga Tegal khusunya dan bangsa Indonesia umumnya. Tidak jeda waktu panjang kemudian Kardinanh juga mendirikan rumah untuk menampung orang-orang miskin dan jompo.

Maka, pelajaran yang bisa kita ambil dan teladani dari tokoh Kardinah sebagi revolusi kamu perempuan di Tegal ialah tentang keberaniannya ketika melihat realitas yang tidak sesuai dengan keadaan. Termasuk sebagai pejuang kaum perempuan yang tertindas agara bisa menerima hal yang sama dan di berlakukan secara adil, selain itu juga sebagai tokoh kemanusian yang sadar akan kemajuan generasi bangsa. Maka Kardinah bagi masyarakat Tegal wajib di ketahui baik dari pemikirnaya,  ketekunanya dalam merealisasikan di kehidupan sehari-harinya.

Terimkasih:

Id: S. T. R

Catatan: Dari Berbagai Sumber
Name

Berita,10,Esai,15,Galeri,11,Opini,10,para tokoh dunia,1,Pemuda,1,Peringatan HUT RI Tahun 2015,1,Sastra,6,Sejarah,1,
ltr
item
REGOSonline: Menghidupkan Kardinah, Sosok Pejuang Kemanusiaan yang Telah Mati
Menghidupkan Kardinah, Sosok Pejuang Kemanusiaan yang Telah Mati
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxFqtjy_xBCXoyabpKu3zRuH6Jxbky4b2h3zplEpFGP6ehzx2GF57Mqq8G_PkWNN1CcJqiKS91ZDvnoxRCOutSERbpMd9YoyWMpekfQe_SsdJ0XX8-HzDP0CsmYf_4abfv284gDid897FK/s640/IMG_20181214_075758.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxFqtjy_xBCXoyabpKu3zRuH6Jxbky4b2h3zplEpFGP6ehzx2GF57Mqq8G_PkWNN1CcJqiKS91ZDvnoxRCOutSERbpMd9YoyWMpekfQe_SsdJ0XX8-HzDP0CsmYf_4abfv284gDid897FK/s72-c/IMG_20181214_075758.jpg
REGOSonline
https://regosonline.blogspot.com/2018/12/menghidupkan-kardinah-sosok-pejuang.html
https://regosonline.blogspot.com/
https://regosonline.blogspot.com/
https://regosonline.blogspot.com/2018/12/menghidupkan-kardinah-sosok-pejuang.html
true
1819359062321816013
UTF-8
Muat Semua Postingan Tidak ditemukan LIHAT SEMUA Selengkapnya Balas Batalkan balasan Hapus Oleh Home HALAMAN POSTINGAN Lihat Semua SARAN BUAT KAMU LABEL ARSIP PENCARIAN SEMUA POSTINGAN Not found any post match with your request Back Home Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Min Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit lau $$1$$ minutes ago 1 jam lalu $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 beberapa minggu lalu Pengikut Ikuti KONTEN INI ADALAH PREMIUM Silakan berbagi untuk membuka kunci Salin Semua Kode Pilih Semua Kode Semua kode telah disalin ke clipboard anda Tidak dapat menyalin kode / teks, tekan [CTRL] + [C] (atau CMD + C with Mac) untuk menyalin