Di masa perkembangannya, daerah yang bernama Tegal masih menyimpan misteri dari kata dan makna asalnya. Ada yang mengatakan Tegal berasal dari kata Tetegal, ada juga Teteguall. Departemen pendidikan dan kebudayaan menyepakati Tegal berasal dari kata Tetegal, yang artinya sebuah tanah subur mampu menghasilkan tanaman pertania,(Depdikbud Kabupaten Tegal, 1984).
Sementara, (Suputri, 1955) meyakini bahwa Tegal berasal dari kata Teteguall, salah satu sebutan yang diberikan kepada seorang pedagang asal Portugis, Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500-an.
Bicara asal kata nama Tegal tentunya perlu penelusuran yang serius, tetapi penulis tidak akan sejauh itu, melainkan sedikit menguraikan sejarah dan kerajaan yang sempat hadir di daerah kita ini.
Jika kembali ke masa lalu Tegal, tentu tidak akan lepas dari salah seorang tokoh masyhur di kalangan masyarakat, yaitu Ki Gede Sebayu, tokoh yang berperan penting dimasanya termasuk saat ini di masyarakat.
Menurut silsilahnya, Ki Gede Sebayu keturunan bangsawan dari Batoro Katong atau Syech Sekar Delima, seoarang Adipati Wengker Ponorogo. Ayahnya bernama Pangeran Onje (Adipati Purbalinga).
Ki Gede Sebayu mempunyai dua orang anak yaitu Raden Ayu Rara Giyanti Subhaleksana menikah dengan Ki Jadug (Pangeran Purbaya) dan Raden Mas Hanggawana.
Itulah sedikit ulasan nama tokoh masyhur pendiri Tegal. Hal itu tentu tidak bisa di lepasa dari beberapa kerajaan yang sempat menapakkan kakinya di Tegal. Seperti tiga kerajaan di bawa ini:
Pertama, Kerajaan Sirawung (Sigaluh), menurut data dan peninggalan artefak yang telah rusak, Tegal dahulu pernah menjadi tempat singgahnya kerajaan yang bernama Sirawung. Kerajaan itu masih menjadi misteru, sangat di rahasiakan, sehingga dimungkinkan adalah kerajaan Worawari yang bersekutu dengan Sriwajaya dan menyerang Kediri.
Kerajaan Sirawung juga disebut Sigeseng di perkirakan di daerah Slawi dan berdiri antara abad 7 sampai dengan 12 masehi.
Kedua, Kerajaan Majapahit salah satu kerajaan terakhir Hindu-Budha yang berhasil menguasai wilayah Nusantara. Majapahit masuk ke Tegal tidak lain karena Ki Gede Sebayu mempunyai ayah yang merupakan keturunan dari Dinasti Majapahit. Tetapi, Ayah Ki Gede Sebayu sudah memeluk agama Islam.
Namun kerajaan Majapahit tidak berkuasa lama di Tegal. Hal itu terjadi karena terjadinya keos antara Girindrawardana, Suraprabawa dan Purwawisesa, perebutan kekuasaan saat itu tidak bisa di hindarkan, sehingga berdampak besar pada kekuatan Majapahit, lalu kerajaan itu hancur.
Ketiga, Kerajaan Mataram Kuno. Pada tahun 2011, ditemukan situs-situs peninggalan sejarah berupa candi yang terletak di Kesuben. Candi ini diperkirakan peninggalan sejak abad ke-7 masehi.
Keyakinan warga sesungguhnya masih tersamarkan. Sebab pada ciri utama Candi Kesuben ini terdapat hiasan ornamental Hindu dan Buddha. Bahkan peneliti juga menemukan kepala kala yang berlanggam era Kerajaan Mataram Kuno.
Tak cuma itu, peninggalan Mataram Kuno juga terekam di salah satu candi yang ditemukan di Bumijawa. Berbeda dengan Candi Kesuben, Candi Bumijawa terletak di lereng Gunung Slamet dan menggunakan batu andesit yaitu sejenis batu alam.
Nafas Hindu begitu kental di Candi Bumijawa. Candi di Bumijawa itu berdasarkan temuan Lingga sebagai perwujudan Dewa Syiwa, satu dari tiga dewa utama dalam agama Hindu. Di lokasi penggalian juga ditemukan pasangan lingga, yaitu Yoni, perwujudan Dewi Parwati, Sakti atau istri dari Dewa Syiwa.
regosonline
Penulis: Hidayatullah Muhammad R. (Penulis saat ini aktif di Ikatan Remaja Mushola Nurul Huda) Keplik Indah Rt. 01.02 Rw.VI Desa Lebakgowah.
Admin: S.R/T
*Dari berbagai sumber
KOMENTAR