Saya merasa bingung, kini para politisi seolah sedang bermain akrobat dalam pementasan seni, berbagai macam ritual sirku di lakukan. Para politisi berharap bisa menggaet para pemilih melalui jargon, adil, maju, muda, komitmen dan sejenisnya.
kiranya persis seperti para politisi tingkat lokal (pedesaan) tidak berbeda jauh. Rupanya mereka bukan tidak mampu bermain sirkus atau akrobat layaknya elite nasional. Di tingkat pedesaan terlihat banyak di setiap sudut membicarakan pesta demokrasi lima tahunan, seperti di desa Lebakgowah akhir-akhir ini. Masyarakat kini mulai terbius oleh taktik elit politik.
Tulisan ini bukan bermaksud menolak, saya merasakan bahwa esok mungkin akan ada kata terpisaha. Hampir bertahun-tahun pemuda di masing-masing daerah berjuang menghilangkan adanya dikriminasi, bisa menghargai perbedaan, dan memiliki misi yang sama untuk kemajuan yang seimbang.
Tapi, semua permasalah yang bisa terjadi karena pemilihan kepala desa tahun ini kapan saja bisa membakar pemuda. Dengan dalih dan senjata apa saja, elit baru dan lama tentu akan menggunakan strategi besar demi visi mereka mencapai kursi tertinggi.
Semua bukan tidak mungkin terjadi, bisa saja akan terjadi bahkan lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. Maka, disinlah perlu adanya penyegar baru dalam mengawal agar kebencian bisa di minimalisi secara sehat dan total.
Sejatinya warga tidak ingin terkotak-kotakan oleh jenis politik praktis ini. Semua ingin bersatu dengan misi yang sama yakni cita-cita membangun setiap dusunnya, RTnya, bahkan desanya.
Tentu tidak ada cara lain. Kompromi ialah bagaian dari alternatif untuk menghasilkan pilihan terbaik. Kompromi bisa menjadi solusi agar tidak terjadi perbedaan, yang kemudian suara itu bisa mewakili kekuatan pemuda bersama-sama.
Seperti halanya bunyi pancasila pada sila keempat "kerakyatan yang di pimpin oleh hikamt kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan". Yang di jelasan dalam butir ketiga yakni "Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama" dan butir keempat yang berbunyi "Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan".
Demikan seharusnya jika ingin menjalankan kehidupan bermasyarakat yang ideal, kita semua tentu memahami bahwa akan ada perbedaan pendapan dalam memutuskan, akan tetapi dalam hal ini pemuda bisa mengambil peran terlebih dahulu, sebab pemuda akan menjadi cermin generasi selanjutnya, khususnya bagi pemuda yang tidak di tunggangi oleh kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
Persis seperti kutipan yang di sampaikan Soekarno sebagai seorang penyambung lidah masyarakat Indonesia. "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya" dan kata yang mengetarkan berikutnya ialah "Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia".
Regosonline
Penulis: S.I/ Junior, Menginjak Bumi, Dkk. S.R (Penulis saat ini aktif di Gerakan Keplik Berdikari ) Keplik Indah Rt. 01.02 Rw.VI Desa Lebakgowah, Lebaksiu, Tegal.
Admin: S.R/T
KOMENTAR