Sebenarnya story itu semacama meme dengan tulisan "Mabuk bir orang jadi jujur, mabuk agama orang jadi pembohong," kata-kata itu sebenarnya dilontarkan oleh Bre Redana, dalam koran Kaml hal-125 dalam ketengan meme itu.
Kata tersebut memang pantas menjadi satu kritikan yang menyakitkan. Saat ini tidak sedikit orang yang mengaku paham agama tetapi memanfaatnya untuk berbohong demi kepentingan tertentu.
Mabuk bir memang bisa membuat orang terbuka dan jujur apa adanya. Bir juga bisa membuat peminumnya lupa diri dan tidak sadar disebabkan karena tubuh mengandung banyak alkohol.
Namun, bagaimana dengan orang yang mabuk agama, mengapa mereka bisa dikatakan sebagai pembohong? Tentu banyak sebab. Pertama, bisa saja banyak orang yang mengaku paling mengerti agama tetapi sebenarnya tidak pahama dengan agama itu sendiri.
Kedua, bisa jadi agama digunakan untuk kepentingan, menyalahkan yang lain dan menganggap dirinya paling benar.
Ketiga, saat ini banyak tokoh agama yang juga tidak memahami kultur saat menyampaikan pesan-pesan agama dalam konteks tertentu misalkan, kebangsaan, budaya, politik, ekonomi dan lainya yang berakibat pada hilangnya adab beragama, berbangsa dan bermasyarakat.
Fenomena seperti ini sering terjadi, meskipun angkanya sedikit dibandingkan mereka yang paham dan mengerti kontek agama untuk masyarakat.
Tetapi hal demikan tidak boleh dibiarkan karena bisa menyebabkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap tokoh agama tersebut. Bisa saja disetiap pesan yang disampaikan akan di tolak.
Hanya saja dibeberapa media sosial seperti youtube dan sejenisnya sering kali tokoh-tokoh agama yang hadir dengan mengolok-olok orang, golongan dan ras. Dari situ maka bisa saja tokoh agama berpotensi berbohong dalam menyampaikan pesan yang dikemas dengan dalil agama.
Hal lain yang bisa membuat orang mabok agama terjadi dalam bentuk apa saja. Mabok sendiri dalam bahasa Jawa artinya "mendem" karena kebanyakan. Kalau beragama kebanyakan tentu bisa mendem, yang disebut mabok agama. Adapun ciri-ciri orang mabok agama di antaranya:
Pertama, banyak ngomong ke mana-mana. Kedua, memaksa orang lain ikut omongannya. Ketiga, kalau ada yang tidak sefaham dikafirkan. Keempat, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.
Ketika Agama Menjadi Jahat
Seperti dalam bukunya Charles Kimbal yaitu when religion become evil (ketika agama menjahi jahat). Bahaya orang m‪abuk agama bisa menjadikan agama sebagai sebuah bencana. Charles menjabarkan menjadi enam tanda agama bisa menjadi bahaya.
Pertama, klaim kebenaran mutlak. Kedua, kepatuhan buta. Ketiga, bercita-cita membangun zaman yang ideal. Keempat, tujuannya menghalalkan segala cara. Kelima, menyerukan perang suci. Keenam, iman yang inklusif.
Kita tentu memahami bahwa sejatinya agama bukanlah tempat untuk menjatuhkan umat manusia dan agama lain, agama juga bukanlah tempat persembunyian kepentingan tertentu. Agama ialah jalan perdamaian untuk menyatukan umat manusia khususnya umat Islam sendiri.
Semua agama hakikatnya mengajarkan kebaikan, cinta kasih dan perdamaian. Kini dibeberapa tempat segelintir manusia yang penuh kesombongan menjadikan agama sebagai tameng dan topeng untuk membenarkan segala tindakan kejahatan.
Seperti halnya minuman beralkohol, apabila dikonsumsi dengan rasa penuh tanggung jawab, minuman beralkohol itu tidaklah menjadi masalah. Tetapi apabila berlebihan, bisa menimbulkan masalah bagi pengonsumsinya. Begitu pula dengan agama, apabila kita dengan baik beragama, tidak akan menimbulkan keburukan bagi sesama.
Tetapi, apabila kita berlebih-lebihan dalam beragama, bukan hanya diri kita saja yang merugi, tapi orang-orang di sekitar kita juga harus menerima kerugiannya.
Bukankah Allah SWT sendiri membenci mereka yg suka berlebih-lebihan? Terutama dalam "beragama" yang membuat orang sampai lupa "bermasyarakat" karena merasa tidak perlu bersilaturahmi apalagi dengan mereka yang berbeda agama karena merasa diri mereka sendiri sudah dijamin di surga?
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maaidah yang artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus" (Surat Al-Maaidah Ayat 77).
Maka dari itu imbangi "semangat" beragama dengan "wawasan" yang cukup agar tidak mudah diprovokasi dengan isu-isu yang membawa perpecahan. Modal "semangat" saja tidak cukup untuk "beragama" perlu ketekunan dan istikomah terus menerus.
Regosonline
Penulis: S.I/ Junior, Menginjak Bumi, Dkk. S.R (Penulis saat ini aktif di Gerakan Keplik Berdikari ) Keplik Indah Rt. 01.02 Rw.VI Desa Lebakgowah.
Admin: S.R/T
KOMENTAR